Selasa, 05 Februari 2019
Tambah Komentar
Ketemu Hantu di Curug Cijalu.
Permulaan.
“Bay, mau ikut camping ga?”, tanya Dian. Dia adalah teman nongkrong saya. Cewek berkerudung, tapi tomboynya minta ampun.
“Camping dimana dan sama siapa?”, jawab saya penasaran. Maklum kalau mendengar kata camping, gairah saya langsung meninggi.
“Curug Cijalu. Sama temen aku, anak-anak UNJ”, jawabnya.
“Banyak ceweknya ngga?”, tanya saya sambil ketawa ngarep.
“Tenang aja, banyak, cakep-cakep lagih”
“Oke, ikuuuut”, ucap saya semangat. Akhirnya ngerasain juga jalan sama cewek, setelah selama ini saya jalan sendirian atau kalau nggak, jalan sama cowok, bosen kan. Aaaaah jadi deg-degan nih, kira-kira ada yang naksir ngga yah...
****
Hari itu kami berangkat ke Cijalu dengan menggunakan kereta KRD. Rombongan kami terbagi dua, satu rombongan berangkat dari Jakarta dan satu rombongan berangkat dari Karawang. Saya salah satu yang masuk dalam rombongan Karawang, bersama Dian si tomboy.
Kami bertemu dan bergabung di atas kereta. Sebelumnya kami sudah janjian untuk bertemu di kereta KRD tersebut. Kebetulan, kereta KRD jadwalnya teratur hingga memudahkan kami untuk mengatur pertemuan.
Tiba di stasiun Purwakarta jam satu, langsung kami mencarter angkutan ke Cijalu di depan stasiun. Kalau musim liburan anak-anak sekolah, di depan stasiun, banyak mobil angkutan yang sudah menunggu dan siap mengantarkan kita ke Cijalu. Kita hanya tinggal negoisasi saja dengan mereka. Berbeda dengan hari libur biasa, kita mesti naik angkot dulu ke arah simpang. Baru dari sana kita naik angkutan ke Cijalu.
Curug Cijalu ini secara administrasi pemerintahan terletak di Kabupaten Subang, Kecamatan Sagala Herang, Desa Cipancar. Namun bagi anak-anak camping, taunya Curug Cijalu adanya di Purwakarta dan masuk ke wilayah Wanayasa.
Perjalanan dari Simpang ke Cijalu kalau tidak salah memakan waktu 4 jam. Waktu saya kesini, tak ada satupun angkutan umum yang sampai persis pintu gerbang curug tersebut. Mereka hanya mengantarkan kita sampai jalan besar saja, sisanya ditempuh dengan jalan kaki yang lumayan jauh, kira-kira 6 kilometer.
Kalau belum tahu rutenya, saya sarankan mengikuti jalan aspal berbatu, mengikuti rute mobil melewati perkebunan teh. Namun sayang, rute ini jarak tempuhnya lumayan jauh. Jika ingin cepat sampai, kita bisa memotong lewat perkampungan dan pesawahan. Rute ini biasanya diambil oleh yang sudah pernah kesini sebelumnya atau oleh orang yang tidak bawa kendaraan pribadi.
Berkemah.
Setelah melewati perjalanan yang lumayan menguras energi, akhirnya sampailah kami di depan gerbang curug. Urus-urus biaya masuk sebentar, setelah beres, kami masuk ke tempat perkemahan.
Tempat kemah di Curug Cijalu kurang begitu luas, hanya pada beberapa bagian saja dataran yang rata, sisanya miring. Jika musim liburan tiba, jangan harap dapat tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda. Karena kalau tidak duluan, pasti tempat nyaman sudah penuh dengan tenda.
Kebetulan ketika kami datang kesini, pada saat libur biasa. Jadi kami tidak kesulitan untuk mendirikan tenda sesuai dengan keinginan. Kami memilih untuk mendirikan tenda tidak jauh dari pintu gerbang. Selain tempatnya yang nyaman, tempat disini dekat dengan warung-warung makanan. Hingga memudahkan kami untuk makan dan minum kalau lapar. ini teh mau camping apa plesir yah….au ah..
Selepas maghrib, saya jalan-jalan mengitari perkemahan. Keliling-keliling, dengan harapan ketemu cewek, yang cantik, seksi, bahenol.. ya seperti harapan kebanyakan cowok. Namun setelah lama putar-puter, gak ada satupun hal yang menarik perhatian. Semuanya sunyi, semuanya sepi. Hanya suara binatang malam dan kabut dingin saja yang ada. Bosen dengan keadaan itu, sayapun kembali ke tenda.
Awal Pertemuan.
Tiba di tenda, anak-anak cewek lagi ngumpul.
“Bay, sini deh”,ucap Dian.
“Ada apa?”, jawab saya sambil mendekati tenda.
“Tadi ketika kamu pergi, ada kakek dan kucing deket pohon itu”, ucapnya sambil menunjuk ke pohon. Dan sayapun mengikuti arah telunjuknya, namun tidak melihat apapun.
“Terus, kakeknya dan kucing tersebut, kemana sekarang?”, Tanya saya penasaran.
“Ketika kamu datang, kakek dan kucing tersebut menghilang”, jawabnya memperlihatkan rasa khawatir.
“Oh ya udah. Asal jangan ganggu saja, biarin aja”, sambung saya cuek.
Setelah obrolan itu, saya pun ke warung, kedinginan ceritanya. Ingin ngopi sama merokok… nikmat kayaknya apalagi cuaca mendukung, dingin-dingin gimana gituh. Sekalian berharap, ada anak ibu warung yang bisa digodain. Hiks hiks…
Ternyata di warung emak-emak semua, kecewa deh. Tapi gak apalah yang penting kopinya anget, gorengannya mantep. Kurang lebih 1 jam, nongkrong di warung poya-poya menghabiskan 1 gelas kopi dan 3 biji pisang goreng. Setelah kenyang, saya pun kembali ke tenda.
Pas sampai, saya kaget… “loooh ini tenda ngilang kemana?”. Karena ternyata tenda sudah tidak ada pada tempatnya. Pasti pada pindah nih, tapi ngapain pindah, kan sudah enak disini, pikir saya saat itu. Saya pun memutuskan untuk mencari mereka.
Setelah berjalan kurang lebih 100 meter ke arah curug, akhirnya saya menemukan mereka. Ternyata mereka mendirikan tenda baru di dalam gazebo di pinggir jalan. Memang gazebo itu tempatnya lumayan nyaman, karena lantainya terbuat dari semen. Hingga tidak menyebabkan lembab, dibanding kalau mendirikan tenda di atas tanah.
Alasan kepindahan mereka adalah ketakutan anak-anak cewek terhadap penampakan kakek dan kucing tadi. Menurut hemat mereka, daripada diganggu oleh makhluk tersebut, lebih baik menghindarinya. Dari penjelasan itu, sayapun cukup memakluminya.
Bertemu dengan Hantu.
Malam semakin kelam, angin dingin mulai menusuk pori-pori. Tanda kalau waktu sudah beranjak jauh, meniti tengah malam. Satu persatu teman-teman saya masuk ke tenda untuk tidur, hingga menyisakan saya sendirian di luar.
Kebetulan saya belum mengantuk, karena sudah terbiasa bergadang. Saya nongkrong di luar ditemani api yang menyala dari kaleng. Sebelumnya kaleng tersebut saya isi minyak tanah, kemudian saya bakar. Tak lupa saya merokok, sambil menghadap jalanan.
Kurang lebih jam sebelas saat itu, tiba-tiba dari arah atas ada suara orang jalan. Ramai sekali suara tersebut seperti ada rombongan yang akan lewat. Sayapun celingukan, keheranan. Perasaan yang camping tidak banyak, hanya beberapa tenda saja berdiri dan mereka tidak ada yang mengarah ke curug sebelumnya.
Kenapa sekarang, ada orang yang balik dari curug tersebut. Apa mereka yang mendirikan tenda deket curug mau balik? Tapi kok malam-malam baliknya? Harusnyakan kalau mau balik, menunggu besok saja. Itu pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut di pikiran saya. Sambil mata mengawasi jalan, menunggu rombongan tersebut lewat.
Suara rombongan tersebut semakin lama semakin dekat. Namun saya tidak melihat ada satu makhlukpun!!! Woooow….. saat itu saya bingung. Karena baru sekarang menemukan kejadian langka seperti ini. Ada suara langkah-langkah orang, namun tak ada satupun makhluk kelihatan.
Langkah-langkah tersebut tiba di depan saya, membuat perasaan ini campur aduk. Antara senang dan khawatir. Senangnya, karena akhirnya dapat membuktikan sendiri kalau makhluk halus [jin/siluman] itu ada, bukan hanya dengar dari omongan orang saja. Khawatirnya, kalau-kalau makhluk tersebut mengganggu saya dan teman-teman di dalam tenda, terutama wanita. Karena setahu saya, wanita paling mudah kerasukan makhluk halus.
Saya hanya diam menunggu. Menunggu apa yang akan dilakukan oleh makhluk halus tersebut selanjutnya terhadap saya. Sambil tetap merokok, pandangan mata saya berkeliling dan melihat ke jalan tempat datangnya suara-suara orang jalan tersebut.
Lima menit, berlalu. Tak ada satupun serangan dari makhluk halus tersebut. Namun suara langkah kaki tersebut, berjalan mengitari kemah kami. Hal tersebut membuat saya mengambil keputusan untuk masuk ke dalam tenda. Berjaga-jaga, takutnya makhluk tersebut berniat jahat terhadap teman-teman di dalam.
Namun, alhamdulillah. Tak lama suara-suara tersebutpun menghilang. Melegakan perasaan dan kecemasan saya. Menjelang dini hari, kira-kira 3 jam dari kejadian itu, akhirnya sayapun tertidur.
Baca juga: Ketemu Hantu Saat Ngobor Belut
Pagi-pagi yang dingin kami bangun, aroma kopi tak dapat saya tolak. Ditemani rokok kesayangan, ngopilah kami sambil ngobrol dan ketawa-ketawa. Karena pada dasarnya teman-teman baru saya ini lucu-lucu.
Ketika ngobrol, pandangan saya tertarik ke pepohonan. Di atas pepohonan tampak monyet-monyet bergelantungan serta berloncatan seperti sedang bercanda. Saya takjub, tak menyangka bahwa masih ada monyet-monyet liar yang tidak terganggu oleh kedatangan manusia.
Setelah sarapan, kebiasaan orang miskin datang. Kebiasaan tersebut adalah kalau sudah makan pengennya ke toilet. Baru juga dimakan, sudah dibuang …hehe. Kalo kebiasaan orang kaya kan, kalau sudah makan bawaannya ngantuk atau pengen tidur.
Akhirnya saya pun ke sungai, berniat menuntaskan hasrat yang terpendam. Setelah berjuang melewati pepohonan yang rimbun, tibalah di aliran sungai. Namun saya terkaget-kaget dibuatnya, ketika melihat penampakan di depan mata. Ada cewek-cewek pada mandi ow……ow .. ow … ow!!!
Bingung saya saat itu, mau balik sudah kebelet, mau nungguin takut disangka ngintip. Saya tidak akan cerita lebih lanjut akhir dari kejadian ini. Silahkan tebak sendiri apa keputusan saya saat itu hahaha…………….
Demikian cerita ketemu hantu di Curug Cijalu daerah Subang ini. Semoga menghibur. Salam hangat.
Related Posts

Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Ketemu Hantu di Curug Cijalu"
Posting Komentar